Tari Sodoran dari Lengger yang Bermakna Lahirnya Manusia ke Bumi

Panggung Berita - Berada di kawasan Tengger, lereng Gunung Bromo, ada satu tarian khas yang selalu di laksanakan oleh masyarakat
setempat. Terutama pada saat perayaan Hari Raya Karo. Namanya adalah Tari
sodoran, yang merupakan perlambang lahirnya manusia di muka bumi.
Tarian sodoran ini merupakan rangkaian dari perayaan Hari Raya Yadnya Karo. Pada ritual tersebut, secara berurutan dilaksanakan Kumpul Karo, Tekaning Ping Pitu, Resik Banten Karo, Sodoran, dan juga Mulihning Ping Pitu.
Ada yang menarik dan spesial dari Tari Sodoran ini. Sodoran ini hanya digelar oleh warga di tiga desa saja. Sedangkan perayaan Yadnya Karo digelar oleh seluruh warga hindu tengger lereng gunung bromo.
Yadnya Karo selalu dilaksanakan oleh warga hindu tengger di saat bulan ke loro atau dua, dalam hitungan kalender tengger.
“Karo itu merupakan hari raya warga Tengger, karo bermakna dua. Sedangkan sodoran itu perlambang munculnya manusia di muka bumi,” tutur Supoyo, sesepuh Tengger kepada Panggung Berita, Minggu (10/09/2017).
Berdasarkan makna karo, yakni dua, itu diyakini sebagai bentuk suatu hal mutlak yang ada di muka bumi ini, yang selalu ada dua. Seperti malam dan siang, hidup dan mati, laki-laki dan perempuan, dan yang lain sebagainya. Sehingga dalam karo ini umat manusia senantiasa selalu menjaga keselarasan dua hal tersebut, supaya tercipta keharmonisan.
Sodoran ini sendiri, menceritakan tentang makna yang terkandung dalam karo itu sendiri. Dalam Tari Sodoran ini, mereka melaksanakan tarian dengan menggunakan Klontong (Tanduk Kerbau) serta Sodor (Tongkat dari bambu). Jumlah penari yang ada dalam tari sodoran ini, pertama satu orang, kemudian dua orang, dan seterusnya hingga bisa mencapai enam orang, dengan diringi gamelan Jawa.
“Seperti yang saya sudah jelaskan tadi, makna dalam tarian ini, merupakan sebagai lambang munculnya manusia di muka bumi ini. Sehingga dalam tarian ini, dilakukan oleh satu orang- kemudian bertambah dua orang dan seterusnya hingga sebanyak enam orang,” imbuh Supoyo.
Baca Juga:
>> Permintaan Aneh Dari Bocah-Bocah Gimbal di Acara Dieng Culture Festival 2017
>> Tradisi Perang Ketupat di Bali yang Menarik Para Wisatawan